“Sore, Yah,” ucap Evan setelah membuka pintu ruang kerja ayahnya.
“Masuk, Van. Eh, Hana ikut juga.”
“Evan yang minta ikut, Om. Aku balik aja nggak apa-apa sih, masih banyak yang mesti kukerjain.”
“Di sini aja, Om cuma mau ngobrol yang enteng-enteng aja kok.”
Evan mendelik kesal ke arah Hana.
Hana membalas tatapan Evan dengan bingung. “Kenapa?”
“Katamu kalau sama Ayah di kantor kamu tetep pake panggilan resmi meskipun cuma berdua.”
Hana terdiam. Toh sudah ketahuan kalau ia bohong.
Ares terkekeh. “Mana ada. Kalo lagi nggak ada orang lain, ya manggil biasa aja kayak di rumah.” Ia kemudian mengajak Evan dan Hana duduk di sofa yang ada di tengah ruangannya. “Gimana kerjaan, Van?”
“Yah, so far sih masih bisa handle, Yah. Lagian Hana ngebantuin banget kok.” Evan melirik ke arah Hana yang terlihat menegang setelah ia mengucapkannya.
“Hana memang nggak perlu diragukan lagi kerjanya, Van. Itu lah dulu yang bikin Ayah sama ayahnya Hana bisa handle perusahaan ini. Ayahnya Hana itu cerdas dan bert