Vio menghela napas dengan kasar kemudian berlalu menuju ruang tamu apartemen itu, agar tidak lagi menyaksikan sepasang anak manusia bermesraan di dapur.
“Kok Vio bisa masuk?” tanya Evan lirih setelah melihat Vio menjauh.
“Yang tau pin apartemen ini cuma Tante Letta, Tante Rimbi, sama Vio, sekarang ditambah kamu.”
“Perlu diganti kalo gitu, biar nggak kepergok lagi,” ucap Evan menggoda Hana.
“Ck! Udah, kamu pulang sana. Biar aku yang ngadepin Vio, pasti bakal lama ini urusannya.”
“Beneran nggak perlu kubantu ngejelasin?”
Hana menggeleng.
Keduanya melangkah menuju ruang tamu di mana Vio menunggu. Demi kesopanan, Evan berpamitan pada Vio, lalu mencium Hana sekali lagi dengan singkat untuk melihat reaksi Hana dan Vio.
“Evan!” ucap Hana sambil mengerang, melirik ke arah Vio yang bola matanya seperti hampir keluar.
***
Hana bergelung dalam selimut sambil menutup wajahnya. “Gue murahan banget ya, Vi?” tanya Hana setelah menjelaskan semua kejadian yang tadi disaksikan Vio dan rencana pernikaha