"Hey, calon istriku marah?"
Hana membuka pintu kamarnya dengan key card yang tadi diberikan resepsionis. "Nggak, Van," jawab Hana singkat dengan tangan yang terulur hendak mengambil tas ranselnya yang digendong Evan.
Evan tidak membiarkan Hana mengambil tasnya, ia malah mendorong pintu kamar Hana sampai terbuka dan masuk ke dalamnya.
"Beneran nggak marah? Tadi dia cuma mau ngasih operational plan aja." Evan menjelaskan setelah meletakkan tas Hana di atas meja.
"Aku nggak marah. Belum juga kita tunangan, apa hakku buat marah?"
Evan menghembuskan napas lega yang hanya bertahan beberapa detik karena Hana melanjutkan ucapannya.
"Tapi kamu nyadar dong kalo ada maksud lain di balik telepon dia barusan? Siapa juga yang ngomongin kerjaan di malam minggu kalo kerjaan itu nggak urgent banget?" Otak cerdas Hana sudah terbiasa menelaah segala permasalahan mulai dari latar belakang hingga langkah-langkah yang diambil lawannya.
Lawan? Apakah Melinda lawannya? Jelas-jelas kalau Melinda kini adalah p