Ribka mengendap-endap undur diri dari suasana tegang di depannya. Evan masih menatap Hana, menunggu jawaban yang tidak kunjung keluar dari wanita itu.
“Ke ruanganku, cerita di dalem!” Evan berbicara dengan nada memerintah dan berjalan lebih dulu masuk ke ruangannya.
Hana mengekori Evan, beberapa langkah di belakangnya. Ia ikut masuk sebelum pintu ruangan Evan menutup sempurna.
“Duduk!”
Evan benar-benar terlihat seperti atasan yang hendak memarahi bawahannya. Bahkan ia mengambil posisi setengah bersandar pada meja kerjanya, meminta Hana duduk di kursi tamu yang ada di depan meja kerjanya, bukan di sofa seperti dulu kalau mereka sedang berbincang.
“Kamu diapain?” tanya Evan lagi setelah Hana duduk di kursi yang ditunjuknya.
“Kamu pikir dia bakal ngapain aku?”
“Dia itu terkenal player dari jaman kuliah dulu, sampe sekarang juga dia belum berubah, nganggep cewek kayak tisu yang abis di