“Kamu maafin aku begitu aja?”
Keduanya masih melanjutkan pembicaraan serius mereka di coffee shop yang untungnya tidak terlalu banyak pengunjung. Ditambah lagi, Hana memang sengaja mencari tempat di pojok agar tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka.
Bagaimana pun juga membicarakan skandal dan masalah keperawanan di tempat umum bukanlah hal yang lazim. Tapi Hana juga tidak mau mengambil risiko dengan berbicara berdua di apartemennya.
“Kamu nggak mau dimaafin begitu aja? Mau dapet syarat dulu sebelum dimaafin?”
“Bukan gitu. Tapi … kesalahanku besar banget kan. Aku bahkan sampe benci dan malu sama diriku sendiri. Kamu bisa bayangin kalo orang tuaku tau apa yang kulakukan ke kamu? Bisa-bisa aku dicoret dari kartu keluarga setelah babak belur dihajar Ayah sama Mama.”
Hana terdiam, kalau dilihat dari satu sisi, kesalahan Evan memang sebesar itu. Evan hampir merenggut kesuciannya, hanya karena kecemburuan yang terlalu besar. Tapi ia juga sadar kalau ia yang mengizinkan Evan mulai m