Kuhela napas panjang setelah berhasil mendapatkan tanda tangan Irena. Semua rencana beres. Berkas itu pun segera kumasukkan ke dalam tas lalu mengambil kado lain yang memang sudah kusiapkan semuanya. Aku yakin Irena nggak akan curiga.
"Ini apa, Mas?" tanya Irena lagi saat kuberikan kotak kecil itu padanya. Wajahnya semakin berbinar. Andai dia menghargaiku sebagai suami, aku tak mungkin mengambil keputusan untuk berpisah dengannya.
"Buka aja."
Irena mengangguk lalu buru-buru membuka kadonya. Kedua matanya membola saat melihat isi kado itu.
"Cincin?"
"Iya, Sayang. Sengaja kubelikan itu karena kalung dan cincin yang kubelikan dulu sudah kamu jual, kan? Kamu pakai buat apa Mas juga nggak tahu."
"Iya, Mas. Sudah kepakai buat makan sehari-hari. Sudahlah, nggak perlu terlalu dipikir pusing. Yang penting sekarang sudah kamu ganti yang baru. Mimpi apa aku semalam bisa mendapatkan kejutan dobel seperti ini. Sayang banget sama kamu kalau selalu kasih kado begini, Mas," ucap Irena spontan.
D