Kediaman Ataraka, 24 jam kemudian – Siaran Live Nasional: "WARISAN YANG DIPILIH".
Sinar matahari senja menyelinap melalui jendela kaca besar ruang makan keluarga Ataraka—ruangan yang hanya dibuka untuk momen-momen paling penting.
Meja kayu jati panjang dibersihkan, dilapisi linen putih tulang, di atasnya hanya satu mikrofon, satu kamera, dan satu kursi di tengah ruangan.
Tapi bukan siapa pun dari para penasihat yang duduk di sana.
Bukan Jovian.
Bukan pengacara.
Bukan orang PR.
Melainkan Ariella Smith.
Duduk tegak, wajahnya bersinar dalam keheningan. Gaun putih sederhana membingkai tubuhnya, dan rambutnya diikat ke belakang—tanpa aksesori, tanpa kosmetik tebal. Hanya dirinya, dan kebenaran yang menunggu untuk didengar.
Di balik kamera, berdiri Rigen Ataraka. Diam. Tegak. Tapi tatapannya membakar layar, seolah siap meledakkan benteng siapa pun yang berani menyentuh Ariella lagi.
Lampu kamera menyala merah. Siaran dimulai.
Ariella menarik napas pelan.
“Selamat malam. Nama saya Ariella