"Sudah siap, Dik?" dari balik pintu Bang Fatur bertanya padaku.
"Sebentar, Bang."
"Cuma ini yang akan kita bawa?"
"Iya, Bang."
"Abang ke mobil, Zelia sudah sama Zain."
"Iya, Bang, sebentar lagi aku menyusul."
Aku kembali merapikan hijab dan riasanku. Kupoles bedak dengan tipis agar tak terlihat aku habis menangis.
Hari ini aku akan mengantar anakku menuju rumah gadis yang hendak ia pilih untuk menjadi makmumnya mengarungi bahtera rumah tangga. Namun, hatiku seperti tak merelakan karena kita akan terhalang jarak Jakarta Solo.
Setelah aku mengatur nafas dan hatiku agar jauh sedikit lebih tenang. Aku keluar dengan tas kecil menghiasi penampilanku.
Bang Fatur menatapku tanpa berkedip. Ia berucap lirih tepat di telingaku, "Kamu cantik, Dik."
"Memang kemarin aku tak cantik, Bang?" Aku menjawab sambil mencubit perutnya.
Bang Fatur kembali berkata tepat di telingaku, "sekarang jauh lebih cantik."
"Jangan seperti itu, malu dengan anak-anak."
Ibu dan Zain yang memperhatikanku dan Bang Fatur ter