"Apa aku ketahuan?" Jantung Lyra serasa berhenti berdetak saat suara merdu Mathilda memanggil namanya—atau lebih tepatnya, nama wanita yang ia perankan.
Rasa panik dingin menjalari punggung Lyra. Bukan karena langkah kaki Mathilda yang semakin mendekat, melainkan jika Mathilda mengira ia memang sengaja menguping pembicaraan penting mereka.
'Oh Tuhan, bagaimana caranya aku menjelaskan kehadiranku di sini?'
Mathilda sudah sampai di ambang pintu kaca yang terbuka, senyum wanita itu tetap manis tanpa cela. "Kakak Ipar? Lady Lavinia? Sedang apa berdiri sendirian di depan taman kaca seperti pencuri?"
Pertanyaan Mathilda dibungkus keramahan, tapi Lyra tak bisa mengabaikan pilihan kata 'pencuri' itu.
Lyra mendengus dalam hati sebelum ia membalikkan badan, memaksa senyum terbaiknya. "Oh... Hai, Lady Mathilda." Sapanya, berusaha terdengar santai. "Tadi... aku tidak sengaja lewat. Dan sungguh tidak menyangka ada taman seindah ini di Vordane," jawab Lyra, mengalihkan perhatian pada keindahan