Devin duduk di tempat. “Masuklah!”
Ester berjalan ke dalam ruangan, lalu berkata dengan syok, “Bukannya kamu pergi berkencan dengan Nona Rose? Kenapa kamu kembali lagi?”
Devin berkata dengan tersenyum tipis, “Aku tiba-tiba kepikiran ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Apa kamu masih belum pulang kerja?”
“Jangan buru-buru!” Ester tersenyum lembut. Dia menuangkan segelas air hangat kepada Devin. “Belakangan ini perusahaan lagi sibuk banget. Tuan Devin memang seharusnya menemani Nona Rose. Kalau nggak, nanti Nona Ester bakal marah sama kamu!”
Devin menurunkan kelopak matanya, lalu berkata dengan tatapan muram, “Dulu, aku benar-benar mengira dia sangat mencintaiku. Sekarang aku baru menyadari ternyata bukan.”
Terlintas kilauan di dalam mata Ester. Dia duduk di samping Devin, lalu berkata dengan suara yang lebih lembut lagi, “Kenapa? Apa kalian lagi bertengkar?”
Sekarang sudah larut malam. Devin merasa sangat lelah. Dia memiliki hasrat untuk mencurahkan hatinya, sedangkan wanita di had