“Argh!”
Rani yang berteriak kesakitan. Pergelangan tangannya yang terangkat terkena piring cangkir kopi yang terbang entah dari mana. Seiring dengan suara ‘prang’, tas serta piring itu jatuh ke lantai. Rani spontan mundur sambil memegang tangannya yang sakit.
Beberapa pengunjung kafe seketika menoleh dengan kaget dan melihat Sonia berdiri di samping pagar pembatas sambil menatap Rani dengan dingin.
Begitu Rani melihat orang itu adalah Sonia, dia secara naluriah menunjukkan rasa takut. Dia bahkan tidak berani berteriak kesakitan. Tanpa sadar dia langsung bersembunyi di belakang Yoko.
Sonia turun dari lantai atas dan menatap Yoko dengan dingin, “Jangan ganggu Tasya lagi. Cepat pergi dari sini!”
Wajah Yoko sebentar memerah sebentar memucat. Dia melihat ke arah Tasya dengan tatapan memohon, “Tasya, perasaanku tulus padamu. Kamu tahu itu lebih baik daripada siapa pun, kan?”
Rani menarik lengan Yoko, “Kak Yoko, ayo pergi!”
Yoko tidak mau pergi. Dia juga tahu kalau dia pergi hari ini, maka di