Mata Lizbeth semakin panas. “Jangan bermain kata-kata denganku. Apa maksud ucapanmu?”
“Lilibeth, kamu tidak perlu memaafkan orang sepertiku.”
Lizbeth menenggak, dia tidak ingin air matanya menetes dengan sia-sia. Pada waktu yang sama, Lucien muncul. Sorot matanya dingin, dia meraih tubuh Lizbeth dalam dekapannya.
Lucien dan Mateo saling bertatap muka. “Kalau kedatanganmu kemari, hanya membuat Lizbeth menangis, sebaiknya kamu enyah. Selagi aku masih menghormatimu, sebagai pria yang sudah merawat dan membesarkan Lizbeth. Meskipun tanpa cinta dan kasih sayang!” cibir Lucien.
Mateo mengangguk, dia seolah membenarkan perkataan Lucien.
“Lilibeth, aku bersalah padamu.” Mateo menatap Lucien. “Kuharap di masa mendatang, kau tidak pernah mengecewakannya. Seperti aku yang mengecewakannya.”
Mateo mengambil undangan di atas meja, lalu memutar tubuhnya pergi. Lizbeth menahan napas, dan mematung melihat punggung Mateo yang semakin menjauh.
Lucien memeluk Lizbeth. “Jangan menangis lagi. Ingat anak ki