Pintu rumah berderit pelan, memecah gemuruh yang sangat berisik di dalam hati Jelita. Sejak pagi tadi, dia tidak sabar menunggu sore tiba. Langkah kaki Galih yang biasanya terasa hangat dan menenangkan, kali ini hanya memicu detak jantung yang tak menentu. Jelita menoleh ke taman belakang, tempat dua anaknya berseru-seru kesenangan mandi di dalam kolam renang karet.
“Tumben mereka mandi di kolam sore-sore.” Galih meletakkan tas di punggungnya ke kursi. Dia lalu mencium kening istrinya sekilas dan berlalu mengambil gelas. Biasanya, Bella dan Zaky akan mandi di kolam renang karet itu setiap sabtu atau minggu saja karena Jelita malas membereskan bekas airnya. Jadi, Galih sedikit heran kenapa sore ini Jelita membiarkan kedua anak mereka bermain disana.
“Aku habis dari lokasi, jadi langsung pulang saja tadi. Kebetulan tempatnya di dekat sini.” Galih menjelaskan sambil melepas jaket dan kaos kaki. Mendengar tawa riang kedua anaknya diluar sana, dia jadi ingin bergabung bersama mereka. Jaran
