Sebelum tidur aku membuka media sosial. Melepas jenuh dengan rutinitas sehari-hari yang kadang terlalu melelahkan meski aku suka.
"Tidur lah, Sayang. Hari ini pasti sangat melelahkan jiwa ragamu." Mas Nadhif mengusap kepalaku, lalu membelai rambut panjang ku lembut.
"Sebentar, Mas. Setelah ini aku tidur. Mas duluan aja."
"Hmmm ... Mas sangat malu dengan kelakuan Mbak Rina. Sebenarnya dia orang baik. Tapi, Anto suaminya yang pemalas. Itu sebabnya, mbak Rina harus mutar otak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan anak anaknya."
Aku bangun lalu duduk disandaran ranjang. Ponsel yang tadi sudah kubuka kusimpan disamping.
"Apa kita carikan dia kerjaan disini, Mas? Biar Mbak Rina bisa fokus hanya pada anak anaknya aja."
Mas Nadhif menggeleng.
"Mas tak setuju. Kalau mau kerja, biar dia nyari sendiri dan jauh dari kita. Mereka harus bisa mandiri." Sahut Mas Nadhif tegas.
Aku menganggukkan kepala. Memang harus begitu sebenarnya. Tidak bergantung pada orang lain.
Mas Nadhif tanpa sadar suda