KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH

KETIKA ISTRIKU BERHENTI MENGELUH

last updateLast Updated : 2025-06-22
By:  Mutiara SukmaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
260Chapters
72.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Arsen membentak Tari istrinya karena setiap dia pulang kerja, Tari selalu mengeluh. Bahkan, Tari meminta seorang pembantu untuk membantu dia mengerjakan tugas rumah dan menjaga 3 anaknya. Mendengar hal itu Arsen makin meradang. Walau sebenarnya dia punya uang untuk itu. Tari yang selalu kena marah suaminya perlahan mulai berubah. Arsen bukannya sadar malah makin bertingkah dengan mulai menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Lebih mirisnya Arsen sampai menikahi perempuan itu. Tari yang sudah tahu sebenarnya hanya bisa diam. Tapi, dibalik diamnya Tari bisa menghasilkan uang banyak yang membuat Arsen menyesal.

View More

Chapter 1

Keluhan Tari (1)

"Capek, selalu itu alasan kamu! lihat! tak ada satu sudut pun yang bersih dari kotoran!" em*siku benar-benar tersulut. Berharap pulang cepat bisa istirahat, nyatanya rumah kotor, mainan berserakan seperti kapal pecah. Anak-anak ribut sahut sahutan. Tak ada kedamaian. Sementara, Tari, istriku enak-enakan tidur sambil meny*sui Abrar, anak kami yang bungsu. Dan beralasan badan tak enak, capek, lelah dan entah apalagi, membuatku muak.

"Aku sudah merapikan rumah, Mas. Tapi, berantakan lagi,"ujarnya beralasan. "Maaf ya, Mas. Aku akan segera merapikannya. Kamu tunggu disini, aku juga akan segera buatkan teh manis hangat, ya. Tolong pegang Abrar sebentar." Tari menyerahkan bayi mungil kami dan segera berlalu. Daster kusam dan wajah tak terawat yang menjadi ciri khas perempuan itu pun menghilang dalam pandangan.

Aku berdecak kesal. Namun, tak bisa menolak. Rasa haus dan pusing sudah menyatu. Kalau tidak segera dituntaskan, emosiku bisa makin membara.

Tak lama terdengar suara Tari memerintah dua anak kami masuk ke kamar mandi. Tadi, dua bocah laki-laki itu main kotor kotoran di depan rumah. Teras yang berkeramik putih penuh noda tanah yang mereka aduk dengan air lalu menjadikan arena bermain mobil-mobilan. Kotor sekali.

Abrar tidur pulas dalam dekapanku. Dengan sangat hati-hati aku meletakkan di atas kasur.

"Ammar! itu mainan Abang!" pekikan Alif membuat Abrar terkejut dan kembali menangis. Aku menghela nafas panjang. Dan kembali mengendongnya agar diam.

"Alif, Ammar, jangan main air, Sayang. Hayuk, biar Mama mandikan." suara lembut Tari membuat tawa dua anak laki-laki itu makin riuh.

"Abang, nanti kita main lagi, ya," seru Ammar diantara suara gemericik air.

"Udah ya, Sayang. Papa sudah pulang. Mainnya besok lagi. Mama mau membersihkan rumah, sementara kalian masuk kamar, main gambar gambaran dulu, ya," lembut suara Tari.

"Ga mau, Ma. Ammar mau main mobil mobilan lagi. Besok Abang kan sekolah, Ammar ga bisa main!"

"Setelah Abang pulang sekolah, Ammar bisa main lagi,oke?" Kali ini Tari terdengar lebih tegas.

Akhirnya perdebatan mereka selesai seiring dua anak Laki-laki keluar dari kamar mandi menggunakan handuk. 

"Alif bantu Ammar memakai baju, ya." seru Tari yang kembali ke dapur. Sangat riweuh sekali di rumah ini. Belum juga Tari memberikan segelas teh hangat untukku. Ammar yang berusia tiga tahun menaburkan bedak bayi sepanjang lantai diruang tengah. Mengabaikan teriakanku yang berusaha menghentikan.

"Cukup! Alif, Ammar masuk kamar!" suaraku naik beberapa oktaf. Alif yang sedang memegang mainan terdiam. Begitu juga dengan Ammar. Dengan kepala tertunduk berjalan ke arah kamarnya. Tari tergopoh-gopoh datang dari dapur dengan segelas teh ditangan.

"Alif, Ammar, masuk kamar nanti Mama bantu, ya." Suara Tari terdengar bergetar. Dengan tergesa pintu kamar anak-anak dia tutup dan berjalan ke arahku.

"Mas, tolong ya, Mas. Kalau kamu berharap rumah ini menjadi syurga ternyaman, jangan percikan api dalam ingatan anak-anakku. Aku tak ikhlas kamu membentak mereka. Aku yang mengandung dan aku juga yang melahirkan!" Seru Tari setelah menaruh teh yang dia buat di atas meja. Dengan kasar perempuan itu meraih Abrar dari tanganku. Aku terdiam. Tak menyangka Tari akan semarah itu.

"Aku capek, Dek!" Selaku tak terima. Tari menoleh, tatapannya begitu tajam.

"Kamu kira aku ga capek? Tolong ingat, aku di rumah bukan sebagai ratu, tapi ..." kalimat Tari menggantung. Perempuan itu kemudian meninggalkanku tanpa melanjutkan ucapannya. Aneh.

Sejak kejadian itu, Tari tak menghiraukanku. Meski, dia tetap memenuhi semua kebutuhan suaminya ini, begitu juga saat makan. Dia hanya sibuk dengan Alif dan Ammar yang tak henti-hentinya membuat ulah malam itu. Berlama lama seperti ini tak nyaman juga.

"Dek, Mas minta maaf," lirihku sambil memijat kaki Tari yang sudah terlebih dulu merebahkan diri di sampingku.

"Sayang, Maafkan, Mas. Mas, janji akan lebih mengendalikan diri, dan menahan emosi," ujarku lagi.

Tubuh Tari menggeliat, lalu berbalik mengarah padaku.

"Kamu boleh marah padaku, Mas. Tapi, jangan pernah membentak anak-anak. Aku tak ridho!"ketusnya.

"Iya, Mas janji akan berubah." Aku men g*cup punggung tangan Tari. Wajah juteknya mulai melunak, seiring senyum yang terukir di bibirnya.

***

Keesokan harinya, pagi pagi sekali aku sudah berangkat ke kantor. Anak-anak masih di kamar. Sehingga, hanya Abrar yang sempat aku cium sebelum berangkat.

"Mas, aku boleh ga, ambil pembantu?" Lirih Tari tampak ragu-ragu.

Aku menghela nafas panjang. Sayang banget uang yang aku kumpulkan susah payah hanya untuk membayar pembantu. Kalau semua pekerjaan dikerjakan oleh orang lain, Tari keenakan dong ga ngapa-ngapain.

"Sabar dulu, ya, Dek. Mas akan usahakan,"sahutku. Hanya alasan untuk menyelamatkan diri sesaat.

Tari mengangguk lalu tersenyum. "Maafkan aku, Mas. Bukannya aku tak menerima semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku. Tapi, aku juga ingin sekedar memiliki waktu untuk diriku sendiri."

Aku melirik jam tangan. Masih setengah enam, sebenarnya masih ada waktu untuk bicara. Tapi, aku malas mendengar keluhan Tari yang setiap hari selalu sama. Dan berakhir dengan meminta seorang ART yang akan membantunya.

"Dek, aku sudah telat. Nanti kita bicarakan lagi, ya." Tanpa menunggu jawaban Tari, aku segera berlalu menaiki motor dan pergi. Bisa-bisa pagiku mendadak ambyar jika mendengar semua keluhannya.

***

Hari ini aku sengaja pulang telat. Berharap anak-anak sudah rapi dan menunggu waktu untuk tidur saja. Suasana sudah mulai gelap. Dari kejauhan rumahku sudah terlihat terang dengan nyala lampu. Aku memarkirkan motor di teras seperti biasa. Tak lama pintu terbuka.

"Eh, Nak Arsen sudah pulang." Aku sedikit tersentak melihat perempuan yang membukakan pintu, bukan istriku.

"Tari sedang mandi." ujarnya lagi seakan paham apa yang aku pikirkan. Lalu berjalan mendahului.

"Seharusnya kalian ini punya pembantu. Memiliki tiga anak lelaki yang sedang butuh perhatian dari ibunya itu tak gampang. Apalagi, semua pekerjaan di rumah ini, Tari sendiri yang mengerjakan. Setidaknya, ada tukang masak atau tukang cuci yang sedikit meringankan beban Tari. Walau tidak menginap, itu sudah cukup membantunya." 

Degh.

Baru pulang kerja aku sudah diceramahi

begini. Pasti Tari mengadu yang tidak tidak. Awas kamu, Tari.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
lia ismaya
alur ceritanya bagus banget saya suka semoga bab-bab berikutnya lebih seru untuk di baca
2025-05-24 10:36:12
0
user avatar
Febri Komalasari
makin ksni makin ribet ceritanya.tp gpp aku suka ceritanya bagus.sampe baca ulang lagi dr bab 1
2025-05-15 19:35:22
0
default avatar
Zahraarifin
sangat bagus critanya..sayang kelanjutannya masih menunggu
2025-04-26 13:23:24
0
user avatar
AKBAR FAJAR PRATAMA
Arsen dn mmh nya datang ke pernikahan tari . ada rasa kasian sama ibu dn anak itu .tapi klo inget perbuatan nya dulu Sama tari bikin emosi jiwa ..sen sen ..coba dulu Lo gak belagu pake kawin lagi segala ..mungkin skrg Lo bahagia Sama tari dn anak2 Lo sen.. pelajaran buat para suami ....
2025-02-13 00:39:07
1
user avatar
Elsa Nasa
semoga tidak membosankan
2025-02-03 06:12:42
2
user avatar
Liz Kusnandar
lanjut disini...
2025-01-18 19:44:14
0
260 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status