“Kau ingin membunuh suamimu?” Rama menarik kembali dasinya hingga kembali longgar dan berantakkan.
“Kamu bikin kaget.”
“Lihat, kan, kamu bikin rusak lagi,” gumam Rama, dengan mata berbinar karene bisa lebih lama bersama sang istri. “Pokoknya, kamu harus janji, turutin satu perintah aku yang ini.”
Cinta tersenyum, menatap Rama dengan manja. “Perintah apa?”
Rama menunduk sedikit, bibirnya hampir menyentuh Cinta. “Jangan dekat-dekat sama pria lain, apalagi yang lebih tua. Paham?”
Cinta mengangguk patuh, tidak merasa dikekang. Dia sadar inilah cara Rama melindunginga.
“Siap, Pak.”
Setelah dasi Rama kembali rapi, Rama hendak melabuhkan kecupan lembut di bibir Cinta, tapi tiba-tiba terdengar suara gedoran keras di pintu kamar mereka.
“Papa, Mama! Cepat! Aku nggak mau terlambat sekolah!” teriak Chiara dari luar.
Cinta dan Rama terkejut, lalu tertawa bersama, saling melempar pandang seolah tahu bahwa putri kecil mereka memang tak pernah memberi mereka waktu terlalu lama untuk bermesraan.
Deng