“Damar, kita nggak bisa terlambat lagi,” Rachel berkata dengan suara pelan, tapi tegas. Matanya yang sedikit bengkak karena pukulan di gudang minggu lalu menatap layar laptop yang ada di depannya, menampilkan rincian transaksi yang sudah lama mereka cari. “Ini semua yang kita butuhkan. Richard nggak bisa lolos dari ini.”
Damar mengangguk pelan, matanya masih terfokus pada dokumen di tangannya. Sementara itu, Tito, sang peretas andal, sibuk mengetik di laptop, meneliti data-data yang telah mereka kumpulkan. Di sisi lain meja, beberapa karyawan loyal yang selamat dari kekacauan sebelumnya duduk dengan wajah penuh ketegangan, namun ada secercah harapan di mata mereka.
“Ini benar-benar kesempatan kita, Damar,” Tito menambahkan tanpa menoleh dari layar. “Bukti-bukti ini lebih dari cukup untuk membuat Richard jatuh. Kalau kita lakukan ini dengan benar, dia nggak akan bisa berbalik.”
Damar menyandarkan tubuhnya ke kursi, menarik napas dalam-dalam. Sudah terlalu banyak yang hilang dalam perju