KRAK!
Tiba-tiba sebuah suara retak terdengar jelas ketika Lucas menginjak kepala Nathan dengan satu kaki. Tubuh Nathan sudah remuk, namun matanya—meski nyaris tertutup darah—masih menatap ke atas dengan sorot yang membakar kebencian.
“Tua bangka... Kalau punya nyali, bunuh aku sekarang. Tapi selama aku masih bernafas, aku bersumpah akan menghancurkan Keluarga Winaya sampai ke akar-akarnya!” Suara Nathan serak, napasnya berat, darah menetes dari ujung bibirnya. Tapi tekad di dalam ucapannya menusuk lebih dalam dari pedang mana pun.
Lucas menyipitkan mata, penuh amarah yang diiringi juga oleh rasa takut. “Brengsek! Sudah sekarat pun kau masih bermulut besar!”
BUGH!
Tendangan keras menghantam tubuh Nathan dan melemparkannya sejauh lima meter.
Darah menyembur dari mulutnya, organ dalamnya seperti dihancurkan dari dalam.
Lucas menghampiri Nathan lagi, dan—
BUGH!
BUGH! BUGH!
Tendangan demi tendangan disalurkan tanpa belas kasihan. Nathan menjadi seperti bola di hadapan sepatu Lucas. Tubuhny