Ananta mematung di dekat jendela. Pandangannya tertuju ke halaman rumah yang kosong dan temaram oleh cahaya lampu taman. Angin yang berdesir pelan menggoyangkan daun tanaman. Namun, bukan itu yang menarik pikiran Ananta, melainkan Andara yang tidak pulang hingga detik ini.
Sekali lagi Ananta melirik TAG Heuer yang melingkar di pergelangannya. Jam tangannya itu menunjukkan pukul tiga pagi.
'Ke mana perempuan itu?' pikirnya.
Ananta tidak masalah jika Andara memang tidak pulang. Tidak ada gunanya juga perempuan itu di rumah selain menambah sakit kepala Ananta. Yang membuat Ananta kesal adalah tingkah Andara yang seenaknya. Pulang dan pergi sesukanya seolah rumah ini adalah hotel.
Ia berjalan ke belakang, membuka lemari es dan mengambil air dingin di sana. Ia perlu membasahi tenggorokannya yang kering.
Sambil duduk di atas stool, kepalan tangannya mengeras. Ia bukanlah orang yang mudah kehilangan kendali. Namun, malam ini kepalanya benar-benar berisik. Perasaan marah, jengkel, dongkol,