"Maaf, Pak, ada yang bisa saya bantu?" Suara Mirza terdengar di balik punggung Andara yang berdiri mematung.
"Dari tadi saya telepon ke sini tapi nggak tersambung," ucap Ananta datar.
Mirza melempar pandang pada telepon. Sejak tadi telepon itu tidak berbunyi.
"Dari tadi memang nggak ada bunyi telepon, Pak. Mungkin jaringannya ber–"
"Sudah berapa jam kamu di sini?" potong Ananta sebelum Mirza menyelesaikan perkataannya.
"Baru beberapa menit, Pak. Apa Bapak butuh sesuatu? Mungkin saya bisa bantu."
"Apa kamu nggak punya pekerjaan selain duduk-duduk di sini?"
Kata-kata Ananta yang datar namun bermakna tajam itu membuat Mirza gugup.
"Maaf, Pak. Tadi saya baru dari lantai sepuluh karena Andara nggak balik-balik. Saya pikir ada apa."
"Sejak kapan itu menjadi kewajiban kamu? Apa ada di dalam job desc?"
Mirza menelan ludah. Kehilangan alasan untuk menjawab.
Andara ingin membuka mulut, membela Mirza, mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahannya karena dirinya terlalu lama berada di lantai se