"Dia mau tidur di sini?" ulang Andara, seolah ingin meyakinkan diri bahwa ia tidak salah dengar.
"Iya. Kenapa? Kamu cemburu?"
Andara menggeleng cepat. "Aku nggak cemburu, aku jijik," jawabnya.
Ananta terdiam. Sedikit terperangah mendengar jawaban itu. Entah dapat keberanian dari mana sehingga Andara mampu mengucapkannya.
Sebelum Ananta membalas perkataannya, dengan cepat Andara keluar dari kamar setelah terlebih dahulu mengenakan pakaian.
Tepat di depan kamar Ananta, Andara bertemu dengan Marcella yang menunggu di sana.
"Hai istrinya Ananta, sorry mengganggu," sapa Marcella dengan senyum terbingkai di bibirnya.
Andara tahu kata 'istrinya Ananta' yang selalu perempuan itu ucapkan adalah ejekan untuk mengolok-oloknya. Cara halus untuk mengingatkan bahwa kata istri itu adalah status. Sedangkan hati Ananta tidak pernah dimiliki olehnya.
"Masuk aja, kamu udah ditunggu," jawab Andara mencoba terdengar biasa. Luka di hatinya ia sembunyikan di balik ketenangan palsu.
"Wah, pengertian sekali