Hari-hari berlalu dalam kebisuan yang semakin mencekam. Kegelapan yang menyelimuti kamar Zera semakin pekat, seiring dengan kondisi mentalnya yang terus memburuk. Bahkan dokter mulai khawatir bahwa Zera tak lagi mampu berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya. Dante, yang biasanya penuh kendali, kini tak bisa lagi menyembunyikan kecemasan dan amarah yang perlahan membara.
Setiap kali dia masuk ke dalam kamar Zera, perasaan tak berdaya meremas hatinya. Zera yang dulu kuat, mandiri, dan penuh semangat, kini hanya bayangan dari dirinya yang dulu. Ia terbaring lemah di tempat tidur, menatap kosong ke langit-langit, seolah-olah semua yang ada di dunia ini telah menghilang dari pikirannya.
Dante berdiri di ambang pintu, memperhatikan dari jauh dengan rahang mengatup kuat. Amarah dan frustrasinya mendidih di dalam dada. Setiap usaha yang ia lakukan untuk membangkitkan Zera selalu menemui kegagalan. Tak ada jawaban, tak ada reaksi. Seolah-olah Zera telah benar-benar menutup diri, terperangkap