Zera terpaku di tempatnya, jantungnya berdegup kencang. Sosok misterius di ambang pintu perlahan melangkah maju, langkahnya tenang namun penuh kekuatan. Setiap langkahnya membuat ruangan seakan semakin menyempit, sementara tatapan dingin dari pria itu tertuju pada semua orang di ruangan, terutama Marko.
Azrael, yang selama ini tampak tenang, kini menunjukkan sedikit perubahan dalam raut wajahnya. Dia tahu siapa yang datang. Dante juga terlihat lebih waspada, tangannya mengepal erat seolah bersiap menghadapi situasi terburuk.
Marko, yang awalnya penuh dengan kepercayaan diri, kini menatap sosok tersebut dengan campuran keterkejutan dan ketegangan. “Kau…” ucapnya pelan, suaranya terdengar serak, seolah tercekik oleh kehadiran orang ini.
Pria itu berhenti di tengah ruangan, tepat di antara Zera dan Marko, memperlihatkan wajahnya yang tajam dengan sorot mata yang mematikan. “Aku sudah terlalu lama membiarkan kalian bermain-main dengan takdirnya,” kata pria itu dingin. “Tapi ini sudah cuku