Sepanjang perjalanan, Ayu terus mengoceh, tapi aku hanya menanggapi dengan seperlunya saja. Ia merengek meminta ikut ke tempat pertemuan. Tentu saja aku menolak.
Bagaimana bisa dia ikut, sedangkan keperluanku ada sangkut pautnya dengan perselingkuhannya?
"Mas, nanti aku ikut, ya?" Ayu masih merengek dari balik kaca mobil setelah ia turun.
"Tidak bisa, Ayu. Ini urusan bisnis. Kamu nanti langsung pulang saja, ya. Tunggu aku di rumah."
"Tapi, Mas—"
"Daah!" Aku melambaikan tangan sesaat sebelum mobil melaju meninggalkannya.
Kulirik ia dari kaca spion. Ayu masih berdiri terpaku di tempat dengan wajah cemberutnya. Aku hanya menggeleng pelan lalu menancap gas menuju kantor. Merasa konyol dan bodoh pernah terbujuk oleh Mama dan