Karin tertegun dan kaget saat mendengar perkataanku ini.
"Innalillahi," lirihnya dengan air mata. "Ayu ... sudah meninggal?"
Aku mengangguk.
"Ya Allah, Ayu. Maafkan aku. Maafkan aku tidak sempat melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Semoga kamu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya," lirih Karin seraya terus menyeka air matanya. "Aku turut berduka, Mas. Kamu pasti sangat kehilangan dan menderita."
"Ya. Sama menderitanya saat aku kehilanganmu dan Kamal," balasku.
Kami saling menatap sesaat. Sebelum akhirnya, Karin memutus kontak mata lebih dulu.
"Papa ...."
"Papa pun sudah tiada. Kalau bukan karena adanya putriku dan Ayu, entah seperti apa jadinya hidupku ini. Aku kehilan