Pintu ruang Instalasi Gawat Darurat akhirnya terbuka dengan bunyi berdecit. Anaby sontak berdiri dari bangkunya, tubuhnya refleks bergerak seiring detak jantung yang tak menentu.
Pandangannya langsung tertuju pada ranjang dorong yang meluncur di antara dua perawat berseragam biru. Di atasnya, terbaring sosok Tuan Carlo yang tampak begitu pucat, wajahnya diliputi selang oksigen dan tangannya terkulai lemah di sisi tubuh.
“Mohon beri jalan, kami akan membawa pasien ke cath lab,” ucap salah satu perawat kepada Anaby.
Tanpa membuang waktu, Anaby segera menyusul langkah mereka. Hatinya kian dirundung cemas saat melihat sang ayah didorong menuju ruang tindakan, tempat prosedur pemasangan ring jantung akan dilakukan.
Sebelum pintu tertutup rapat, Anaby menghampiri salah satu dokter yang bersiap memasuki ruangan.
“Berapa lama ini akan berlangsung, Dok?” tanyanya, dengan suara parau.
“Maksimal dua jam, Nona. Kami akan melakukan yang terbaik,” jawab sang dokter singkat, sebelum menghilang di b