Suara Ayu bergetar, hampir tertelan oleh dengungan mesin lift yang bergerak naik.
"Mas... kita mau ngapain di sini?"
Baim tetap diam. Rahangnya mengeras, tatapannya kosong menatap angka-angka di panel lift yang berubah perlahan.
Ding!
Pintu lift terbuka di lantai tiga. Tanpa menunggu, Baim langsung melangkah keluar, punggungnya tegap, langkahnya cepat.
Ayu menghela napas dan bergegas mengejarnya. "Mas, tungguin…"
Napasnya mulai tersengal ketika mereka hampir sampai di depan pintu kantor. Ia mempercepat langkah, memutari Baim, lalu berdiri di depannya, menghalangi jalannya.
"Mas…" Ayu menatapnya, mencari-cari sesuatu di wajah pria itu. "Mas marah?"
Baim berhenti, tapi tatapannya tetap dingin. Tanpa menjawab, ia hanya menggeser sedikit badannya dan berjalan melewatinya begitu saja, seolah Ayu hanyalah angin yang tak layak dip