Chapter: BAB 63 PESTA AIR MATA"Nona Elena... Nona Elena..."Suara teriakan anak-anak tiba-tiba terdengar di depan rumah, memanggil namanya.Elena membuka matanya perlahan, lalu beranjak duduk dengan mata yang masih terpejam. "Sejak kapan di mansion Dalton ada anak kecil?" gumamnya, setengah sadar."Nona Elena... Apa kau di dalam?" teriak mereka kembali memanggil namanya.Elena spontan membuka matanya dengan lebar. Ia menguceknya beberapa kali, menyapu sekeliling dengan mata yang masih rabun."Ini... Bukan di Dalton Estate," ujarnya terperangah. "Argh... Aku di rumah Nenek. Aku di desa Bergdorf!" teriaknya histeris.Ia segera turun dari ranjang dengan terburu-buru, menyebabkan derit kayu yang semakin nyaring dan membuat ranjang reyot itu bergoyang hebat.Meix yang masih pulas di samping Elena terperanjat, matanya terbuka lebar secara tiba-tiba. Jantungnya berdebar kencang, ia merasa seperti berada di tengah gempa. "Aahhh... Apa ini? Kenapa ranjangnya bergoyan
최신 업데이트: 2025-08-07
Chapter: BAB 62 MEMECAHKAN TEKA-TEKIMeix menarik selimut, menutupi bahu Elena yang mungil. Ia menunduk, mengecup keningnya yang hangat, lalu mengelus rambutnya lembut."Tidurlah yang tenang, sayang... Aku berjanji akan membantumu mengungkap semuanya," bisiknya, lirih.Detik berikutnya, ia melangkah keluar kamar, menutup pintu tanpa suara, seolah takut mengganggu ketenangan tidur Elena.Di teras, ia menemukan Jack yang sedang duduk di tangga kayu sembari memandang langit Bergdorf di kegelapan malam. "Jack..." panggilnya lirih.Jack segera berdiri, kepalanya tertunduk memberi hormat. "Tuan..." sahutnya.Meix menghela napas panjang. Ia menjatuhkan diri di tangga, bahunya merosot seolah menanggung beban yang tak terlihat."Bagaimana Nona Elena, Tuan?" tanya Jack, suaranya pelan.Meix menatap kosong ke arah deburan air terjun yang mengalir di kegelapan. Pikirannya berputar. Keningnya berkerut dalam, membentuk garis tajam di antara alisnya. "Dia sudah istirahat, Jack."
최신 업데이트: 2025-08-07
Chapter: BAB 61 DISAYAT KENANGAN"Katakan! Kenapa kau tidak makan?" desis Meix. Raut wajahnya tegang, namun matanya memancarkan amarah yang dingin.Elena menunduk, meremas jemarinya. "Aku tidak nafsu makan."Meix melangkah maju, setiap langkahnya terasa berat dan disengaja. Elena semakin menunduk, ketakutan menjalar di hatinya, khawatir Meix akan kembali menjadi sosok yang dingin dan sulit disentuh."Kenapa?" ulang Meix. Suaranya kini lebih rendah dan dekat."Karena... karena kau marah padaku," bisik Elena. Suaranya nyaris tak terdengar.Meix kini berdiri tepat di depannya. Ia mengangkat dagu Elena, jemarinya menangkup wajah Elena dengan hati-hati, memaksa mata mereka bertemu. Di matanya, bukan hanya ada amarah, tapi juga ada kekhawatiran yang tersembunyi. "Kau tahu kenapa aku marah?"Elena mengalihkan pandangan, tangannya meremas erat sisi roknya. "Kau... kau cemburu pada Lucien?""Menurutmu, apa aku tidak boleh cemburu?""Tapi-"Meix melumat bibir Ele
최신 업데이트: 2025-08-06
Chapter: BAB 60 MERAYU ASA"Meix... Tunggu aku!" teriak Elena, setengah berlari menyusul langkah panjang Meix.Ia berdiri di hadapannya, menghalangi jalan. Tatapannya menelusuri wajah suaminya yang mengeras. "Sayaang... Apa kau marah?" rayunya, senyumnya menggoda.Meix membuang muka. Kerutan dalam muncul di antara alisnya. "Tidak," katanya singkat, lalu melenggang melewati Elena begitu saja."Meix... Kau tak mau menggandengku?!" teriak Elena, menatap punggung Meix yang semakin menjauh.Namun, Meix mengabaikannya. Ia terus berjalan tanpa menoleh."Meix... Kakiku sakit!" dusta Elena, berharap pria jangkung itu akan menoleh.Ia menghentakkan kaki di jalan berkerikil. "Ih... Kau benar-benar merajuk?" gumamnya, merengek.Elena memutar otak untuk menarik perhatian Meix. Saat melihat Jack menyusulnya dari belakang, ia sengaja menjatuhkan diri, penuh sandiwara
최신 업데이트: 2025-08-06
Chapter: BAB 59 DESA BERGDORF Meix membalas pelukan Elena lebih erat. Ia merasakan ketegangan di dadanya mengendur, napasnya keluar dalam desah panjang yang lega. "Maaf, aku terlambat. Kau aman sekarang, aku sudah di sini," bisiknya lembut, mengelus punggung Elena, memberinya ketenangan yang sangat ia butuhkan."Ke mana tujuan kita sekarang, Tuan?" tanya Jack yang baru masuk ke dalam mobil.Meix menatap Elena yang masih menyembunyikan wajahnya di dadanya. "Berapa lama lagi sampai ke desa Bergdorf, Jack?"Jack kembali memeriksa navigasi di layar dasbor. "Sebenarnya sudah dekat, sekitar lima belas menit. Tapi karena jalannya bebatuan, mungkin butuh sekitar tiga puluh menit, Tuan."Meix mengecup pelan kepala Elena sebelum akhirnya mengambil keputusan. "Kita lanjutkan saja ke desa.""Baik, Tuan," sahut Jack, segera memasang sabuk pengaman."Bagaimana rekan Elena yang lain, Jack?""Mereka sudah dibawa ke rumah sakit terdekat, Tuan," sahut J
최신 업데이트: 2025-08-05
Chapter: BAB 58 UPAYA PENYELAMATAN"Elena... Angkatlah teleponnya." Meix menempelkan ponselnya ke telinga, berkali-kali mencoba menghubungi Elena namun tak ada jawaban. Wajahnya mengeras, garis-garis kecemasan terlihat jelas di dahinya."Jack, berapa lama lagi kita sampai di lokasi Elena?" Dahinya berkerut dalam, napasnya memburu pelan. Sesekali ia melirik layar ponsel, berharap panggilannya pada Elena akan terjawab.Jack memeriksa layar di dasbor, melihat titik merah di peta, tempat lokasi Elena berada."Mobil Nona Elena terus bergerak, Tuan. Kita akan sampai di lokasinya sekitar dua jam lagi," jelas Jack sembari fokus mengendalikan mobil.Mata Meix membelalak menatap peta. "Itu masih jauh, Jack!" Suaranya meninggi, nyaris pecah. Napasnya terasa tercekik, setiap detiknya terasa seperti siksaan. Bayangan Elena dalam bahaya menghantui pikirannya. "Cepat tambah kecepatan!" bentaknya, tak lagi sabar."Baik, Tuan," jawab Jack tegas, lalu menginjak pedal gas hingga menembus kec
최신 업데이트: 2025-08-05
Chapter: Epilog - Isi Hati AyuAku tidak pernah menyangka, bahwa aku dan Mas Baim akan punya masa depan seindah ini. Siapalah aku? Aku hanyalah anak dari penjual sayur di pasar pagi. Dan aku… menyaksikan sendiri bagaimana kedua orang tuaku meregang nyawa di hadapanku. Hari itu, kami sedang mengangkut sayuran ke lapak. Tiba-tiba, sebuah mobil rubicon melaju kencang dan oleng, menghantam mereka. Ibu meninggal di tempat. Ayah masih hidup, tapi kritis. Di rumah sakit, dua polisi datang membawa selembar kertas dan meminta ayahku menandatanganinya, bahkan saat tangannya tak mampu lagi menggenggam pena. Tak lama setelah itu... beliau pun pergi menyusul ibu. Aku... hancur. Baru lulus SMA. Baru datang dari Semarang ke Jakarta, dengan harapan bisa hidup bersama orang tua dan mencari pekerjaan. Tapi dalam sekejap, aku kehilangan semuanya. Aku dititipkan di Asrama Yatim dan Dhuafa. Tak lama, datanglah sepasang suami istri—katanya Gubernur Jakarta dan istrinya—menjemputku. Mereka bilang, aku akan menikah. Dan aku hanya
최신 업데이트: 2025-06-11
Chapter: Menjemput CintaBaim berdiri sekitar dua meter dari Ayu. Jemarinya mencengkeram erat pegangan stroler, sendi-sendi tangannya tampak tegang, seperti menahan sesuatu yang lama mengendap. Suara langkahnya terdengar berat saat ia mendekat. "Teganya kamu mau ninggalin kita, huh?" ucapnya, pelan tapi tajam—seperti luka yang baru saja disiram garam. Ayu tersentak. Nafasnya tercekat sejenak. "D-dari mana Mas tahu saya di sini?" Suaranya nyaris tak terdengar, matanya menatap sekeliling, gugup, seolah berharap tempat itu bisa menelannya hidup-hidup. "Umi Euis." Baim menatap langsung ke matanya. "Aku di sana waktu dia telepon kamu." Ayu mengerjap. Bibirnya gemetar. "Umi...?" bisiknya, tak percaya. Namun perlahan, senyum samar terbit di wajahnya saat stroller itu mendekat. Di dalamnya, Arjuna dan Srikandi menendang-nendang kecil, tangan mungil mereka bergerak, seakan mengenali aroma yang tak asing. "Arjuna... Srikandi..." Suaranya parau, bergetar. Ia berjongkok, meraih Arjuna ke pelukannya. Seketika
최신 업데이트: 2025-06-11
Chapter: Harus BerpisahSudah seminggu sejak tragedi berdarah itu. Luka di tubuh Narendra mungkin dijahit dan dirawat, tapi luka di hati Ayu masih menganga, tak tersentuh.Hari itu, ia berjalan pelan menyusuri lorong rumah sakit, tangan kanan menggenggam tas kecil yang sudah lusuh di ujung resleting. Isinya hanya beberapa helai baju—cukup untuk pergi, bukan untuk kembali.Ia berhenti di depan pintu ICU. Menarik napas panjang, lalu membukanya perlahan.Cahaya putih dari ruangan menyambutnya dengan sunyi yang menggigit. Di dalam, tubuh Narendra terbaring kaku di atas ranjang. Wajahnya pucat. Selang menancap di hidung dan tangannya, kabel-kabel menjulur ke monitor yang memancarkan bunyi ritmis,bip… bip… bip,penanda bahwa jantungnya belum menyerah.Ayu melangkah pelan, duduk di tepi ranjang, lalu menggenggam tangan Narendra. Dingin. Tak ada balasan."Mas…" bisiknya, suara serak tertahan di tenggorokan. "Aku pamit, ya…"Matanya mulai basah. Suara di dadanya memberontak, tapi tak tahu harus berkata apa. Ia mengu
최신 업데이트: 2025-06-09
Chapter: Detik Waktu Yang MenyempitBeberapa warga menarik baju Jaka hingga tubuhnya terpental ke jalan. Pisau itu terlepas. Seseorang menendangnya jauh dari jangkauan.Jaka bangkit tergagap, napas memburu. Seperti baru terjaga dari mimpi buruk, ia berbalik dan lari membelah kerumunan yang nyaris mengeroyoknya.Tapi di ujung gang, langkahnya terhenti.Cahaya merah-biru menyambar wajahnya. Beberapa polisi berdiri siaga. Senjata teracung, suara mereka membelah malam:"Berhenti! Angkat tanganmu!"Jaka terpaku. Napasnya tak beraturan. Tangan gemetar, darah mengering di sela jemarinya. Perlahan ia mengangkat kedua tangan. Tanpa perlawanan, tubuhnya didorong ke tanah dan diborgol. Sorot matanya kosong—seperti jiwa yang baru tercerabut dari tubuhnya.Tak lama kemudian, sirine meraung dari arah lain. Ambulans berhenti di mulut gang. Petugas medis turun, membawa tandu dan peralatan. Mereka menyibak kerumunan yang kini saling berbisik ngeri.Narendra segera diangkat dari tanah. Tubuhnya nyaris tak bergerak, hanya dada yang masih
최신 업데이트: 2025-06-08
Chapter: Tragedi BerdarahJleb...Suara daging yang robek tertahan dalam udara, tajam dan mengerikan. Pisau menembus perut Narendra—seketika tubuhnya menegang, matanya membelalak seolah tak percaya apa yang baru saja terjadi. Nafasnya tersendat pendek.Tangan kirinya meraba pangkal pisau yang masih tertanam dalam perutnya. Jemarinya gemetar, mencoba menahan luka yang terasa membakar dari dalam. Darah mulai merembes, menghangatkan bajunya, lalu menetes deras ke jalan."Dasar pengkhianat!" suara Jaka melengking, garau dan penuh amarah. Sorot matanya liar, bibirnya mengatup keras seperti sedang menahan badai dari dalam dadanya. Ia mendorong pisau itu lebih dalam—gerakan cepat dan penuh dendam."Egh…" desah Narendra, lebih mirip embusan angin dari paru-paru yang kehilangan kendali. Kakinya melemas, bahunya turun perlahan, lalu tubuhnya ambruk dalam gerakan lambat. Pisau ditarik. Suara basah yang memuakkan terdengar ketika bilah itu meninggalkan tubuhnya. Darah memancar deras, membasahi jalan paving, menggenang c
최신 업데이트: 2025-06-08
Chapter: Dibalas Dengan CantikRani mendesis marah. Ia mendorong si pegawai dengan kasar. "Kurang ajar kamu, ya! Gini-gini aku masih punya uang!"Pegawai itu tak gentar. Ia mengangkat kartu kredit berwarna emas dan mengibaskannya di udara."Heh… jangan mimpi terus! Selama ini ayah kamu itu korupsi. Kamu cuma numpang gaya! Nih, kartu kamu nggak bisa dipakai!" Ia menjatuhkan kartu itu ke lantai dengan gerakan menghina.Wajah Rani memerah, nyaris ungu. Ia memungut kartu itu dengan gerakan tergesa lalu menutupi wajahnya dengan syal dan memakai kacamata hitam, berusaha menyembunyikan amarah dan rasa malu yang sudah telanjur menggelegak. "Apa kalian. Jangan ada yang berani merekamku. Pergi kalian semua. Bubar!" Ia menyibakkan tangan berharap kejadian itu tak ada satu orangpun yang tahu.Namun terlambat—kerumunan sudah melihat segalanya. Beberapa kamera ponsel menangkap setiap detiknya.Di dalam mobil, Ayu masih terpaku. "Mas… kamu nggak turun?" tanyanya hati-hati.Narendra mendengus pelan, hampir seperti tertawa kecil t
최신 업데이트: 2025-06-06