"Iya, Pak."
Tatapan satpam itu berubah ragu. "Apa Mbak sudah ada janji sebelumnya?"
Ayu menggeleng, jemarinya menggenggam kartu nama di tangannya semakin erat. "Emm... Belum, Pak."
Satpam menghela napas pelan. "Maaf, Mbak. CEO kami tidak bisa menemui tamu tanpa ada janji sebelumnya."
Jantung Ayu berdegup lebih cepat. "Tapi, Pak... Saya pernah diminta untuk menghubunginya jika ada perlu."
Satpam menatapnya sejenak, seolah menimbang kata-katanya. "Kalau begitu, Mbak bisa telepon langsung saja."
Ayu terdiam. Tenggorokannya terasa kering. Perlahan, ia menundukkan kepala, meremas sudut bajunya. "Saya... Saya gak punya HP, Pak." Suaranya hampir tak terdengar.
Satpam itu terdiam sesaat, lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponsel. "Boleh pakai punya saya dulu, Mbak."
Mata Ayu berbinar, bibirnya sedikit terbuka dalam keterkejutan. "Serius, Pak?"
Satpam itu mengangguk, me