Petugas itu mengecek data di komputernya. "Jika menuju alamat yang tertera di sini, satu juta lima ratus, Bu."
Jantung Ayu mencelos.
Tiga ratus ribu rupiah. Itu semua yang ia punya sekarang.
Tangannya yang menggenggam uang mengepal lebih erat, seolah mencoba menciptakan keajaiban agar jumlahnya bertambah. Tapi tetap sama.
Ia menundukkan kepala, kelopak matanya terasa panas. Dadanya naik-turun tak beraturan, lalu—air matanya jatuh.
Tanpa suara, tanpa isakan. Hanya tetesan yang mengalir begitu saja, membasahi pipinya.
Tangan kirinya naik ke dahi, memijit pelan bagian yang terasa berdenyut. Lelah. Kosong.
Ia menghapus air matanya cepat, lalu mengangkat wajah dengan sisa keberanian yang ia punya. "Saya bawa sendiri saja, Pak," suaranya lirih, nyaris tak terdengar.
Petugas menatapnya sejenak, seperti ing