Ayu menggeleng, air matanya jatuh deras. "Belum, Dok. Saya… Saya nggak punya uangnya." Suaranya pecah dalam isakan.
Dokter menatapnya sejenak, lalu mengalihkan pandangan. Wajahnya menyiratkan iba, tapi tangannya tetap terlipat di depan dada. Ada batas yang tak bisa ia langgar.Di ruangan itu, Ayu menangis tanpa suara. Sementara di dalam NICU, waktu terus berdetak tanpa menunggu siapa pun.Langkah-langkah cepat bergema di lorong rumah sakit. Seorang suster muncul tergesa-gesa, wajahnya penuh kepanikan."Dok, cepat! Bayi sudah sangat kritis!" suaranya hampir tertelan suara sirine yang meraung dari ruang NICU.Dokter anak tak menunggu lama. Bersama Ayu, mereka berlari menuju ruangan itu. Ayu hampir tak bisa merasakan kakinya sendiri, tubuhnya lunglai oleh ketakutan yang menggumpal di dadanya."Tunggu di sini, Bu!" perintah suster begitu mereka tiba. Ia segera menutup pintu, meninggalkan Ayu di luar dengan jantung yang berdegup kenca