"Iya, Neng," jawab si nenek. "Laki-laki dan perempuan. Mereka tampan dan cantik, seperti papanya."
Ayu tidak lagi mendengar suara nenek itu. Pikirannya melayang ke dua bayi mungil yang pernah ada dalam dekapannya di rumah sakit—anak susunya.
Tangannya mengepal pelan di atas meja.
Dada Ayu bergetar hebat, seakan ada tarikan tak terlihat yang membuat jantungnya berdegup kencang.
"Nek… apa Nenek tahu siapa nama ayah bayi itu?" suaranya lirih, tapi ada desakan di dalamnya.
Kedua nenek itu saling berpandangan. Salah satunya mengernyit, mencoba mengingat. "Emm… kalau nggak salah, namanya Baim."
Nenek satunya mengangguk mantap. "Iya, benar. Baim namanya. Badannya tinggi, bahunya bidang. Hidungnya mancung, ada sedikit brewok."
Ayu terdiam. Nama itu menggema di kepalanya. Sosok pria yang ia temui di rumah sakit, meski sekilas, ia mengingat ciri-ciri itu dengan jelas.
Tangan Ayu mencengkeram sisi meja. "Nek… di