Ayu masih menunduk, tapi perlahan, ia mengangkat wajahnya. Tatapannya bertemu dengan mata Baim, dan saat itu juga, sesuatu bergetar di dadanya. Pria ini… bukan orang asing.
Seketika, ia menunduk lagi, enggan membiarkan perasaan aneh itu muncul.
Baim mengangkat alis. "Benar, bukan? Kita pernah beberapa kali bertemu di rumah sakit."
Ayu menggeleng kecil. "Nggak, Pak. Itu hanya sekali."
Senyum kecil tersungging di sudut bibir Baim. "Ya, karena pertemuan kedua, kamu nggak mau melihatku. Kamu fokus berjalan menuju ruang kandungan."
Kalimat itu seperti petir yang menyambar udara. Suasana hening sejenak. Baim tampak berpikir, lalu tiba-tiba raut wajahnya berubah.
"Oh ya," katanya lebih pelan, seolah baru menyadari sesuatu. "Apa yang waktu itu kamu lakukan di ruang kandungan? Bukankah kamu masih di bawah umur?"
Ayu tersentak.