Husein menyentil ujung dagu Habiba. "Aku mencintaimu."
"Jangan terus- terusan ucapkan kalimat itu, aku bisa terharu. Lihatlah air hidungku meleleh jadinya."
Husein mengernyit. "Air mata, sayang. Kenapa jadi air hidung?"
"He hee..."
"Aku boleh menciummu?" bisik Husein.
"Jangan nakal. Ini di tempat umum, bukan di kamar."
"Ini masih terlalu pagi, belum ada yang bangun." Husein mengecup singkat bibir Habiba.
"Cie cieeee....."
Husein dan Habiba serentak menoleh ke sumber suara. Ada Qasam dan Qansha yang berdiri di ambang pintu.
"Papa cium mama nih yeee..." Qasam terkekeh.
Habiba membelalak kaget. Bukan kaget karena Qasam meledeknya, tapi kaget karena Qasam menggendong Wafa. Sedangkan Qansha memegangi kaki Wafa yang masih mengenakan piyama tidur lengkap dengan pampers tebal yang isinya sudah sangat berat dengan air kecil.
"Ya ampun. Qasam, jangan gendong Wafa. Nanti bisa jatuh. Kamu belum saatnya menggendong dia, Nak." Habiba menghambur dan mengambil alih tubuh Wafa dari gendongan Qasam.