"Lepaskan aku!" Ghea menepis tangan Serra dengan kasar.
Tatapannya pada Serra penuh kecurigaan. "Jangan-jangan ... Ibu memang melakukan hal-hal kotor di luar sana, ya?"
Serra langsung bereaksi panik. "Apa-apaan kamu ngomong begitu?!" Dia mengernyit marah. "Semua yang Ibu lakuin ini juga buat kamu!"
"Buat aku?" Ghea tertawa dingin. "Kalau memang buat aku, kenapa sampai sekarang posisi wakil presdir di Grup Tanjung pun Ibu nggak bisa kasih ke aku? Kalau nggak, acara penyambutan hari ini seharusnya disiapkan untukku!"
Soal ini, Ghea memang masih sangat dendam.
"Kalau kamu dulu bisa lebih kompeten dan punya pencapaian yang bagus, Ayahmu juga nggak akan nolak kamu mentah-mentah!" balas Serra sengit.
Ibu dan anak itu masing-masing bersikeras dengan argumen masing-masing. Situasi hampir memanas jadi pertengkaran besar, sampai akhirnya Ghea mengatupkan bibir. "Aku malas debat sama Ibu."
"Kalau mau minta uang, aku nggak ada. Aku sendiri lagi susah, uangku sudah habis. Minta sajake Ayah." Usai b