"Ayah, ini sebenarnya gimana sih? Ayah nggak merasa perlu jelasin ke aku dulu?" Ghea memang anak yang lebih disayangi oleh Anrez. Namun, begitu mendengar nada bicara Ghea yang penuh tuntutan seperti itu, ekspresi Anrez pun mulai tidak sedap.
"Jelaskan? Penjelasan seperti apa yang kamu mau?"
Sepertinya Ghea memang sedang sangat marah, sampai-sampai tidak menyadari bahwa wajah Anrez sudah mulai menggelap. Sikap manja dan manis yang biasanya dia tampilkan di hadapan ayahnya kini benar-benar lenyap.
Ghea menekan kedua tangannya di atas meja kerja Anrez dan menatap ayahnya sambil terus menuntut, "Kenapa Aura bisa jadi wakil presdir perusahaan? Kenapa Ayah sembunyikan ini dariku? Aku sudah cukup lama kerja di perusahaan. Meski nggak berjasa besar, setidaknya aku juga punya kontribusi, 'kan?"
"Aku tahu Kakak lebih hebat dari aku, tapi setidaknya Ayah bisa kasih tahu aku sebelumnya, bukan?"
Tatapan Anrez menyipit. Dia mendongak menatap Ghea dan entah kenapa perasaannya mendadak terasa muak. Ap