"Minta bantuan?"
Ayya mengangguk ragu.
"Kakak kemarin memberitahuku bahwa aku jiwa yang diturunkan, jadi sekiranya Ira bisa mengandung lagi anak perempuan, aku akan hidup sebagai anaknya begitu...," ucap Ayya malu.
Lingga sudah dapat mengerti dan hal tersebut membuat Lingga merasa malu bahkan wajahnya telah merah karena membayangkan masa depan sesuai imajinasinya.
"Baiklah," jawab Lingga sambil menutup setengah wajah dengan telapak tangan.
"Tapi sepertinya tak akan mudah melakukan itu," Ayya mulai serius.
"Kita belum tahu apa alasan Ira meninggalkanmu, saat ini aku setuju tinggal dirumah ini bersamamu, tapi untuk Ira, aku tak bisa menjamin dia mau kembali padamu."
"Sebagai calon anak, seharusnya kau menyemangati Ayahmu," ucap Lingga tiba-tiba.
"Aku bukan anakmu!" Teriak Ayya.
"Jangan sampai kau berfikir calon ayahmu orang lain." Sorot mata Lingga terlihat seram.
"Kalau kau tidak bisa serius, mending orang lain saja yang menjadi Ayahku tahu."
"Iya calon anakku, papa hanya bercanda, ja