Kupegangi pipi yang memerah karena tamparan dari Karina. Mas Rafli, suamiku langsung menegur Karina dengan mengucapkan perkataan yang sepertinya menyakiti hati Karina.
"Hentikan, si*lan. Kamu benar-benar tidak bisa aku percaya lagi, Karina. Pergi kamu sekarang juga! Aku sungguh muak dengan kelakuanmu," ucap Mas Rafli kemudian mengelus pipi yang ditampar oleh Karina.
Di sudut hatiku, aku ingin menampar balik perempuan yang mengancam pernikahan kami itu. Akan tetapi, mendengar ucapan Mas Rafli aku mengingat kalau dia tidak menyukai wanita yang kasar.
"Mas! Mengapa kamu berubah secepat ini? Kita ini saling mencintai. Farah menjadi penghalang bagi hubungan kita seperti ucapanmu dulu, tetapi kamu tetap tidak bisa menceraikannya," ujar Karina masih tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
Sedangkan, Mas Rafli menemengiku sekarang. Dia tidak membiarkan Karina lebih dekat denganku lagi saat ini.
"Aku tidak pernah mengatakan hal itu, Karina. Mungkin kamu saja yang mengkhayal. Dulu, aku memang