Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!

Nikahi Saja Sahabatmu, Mas!

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-06
Oleh:  Miss YuneTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
27Bab
3.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

"Nikahi Saja, Sahabatmu, Mas!" Farah merasa hancur saat suaminya, Rafli, lebih memprioritaskan Karina, sahabatnya, daripada dirinya yang sedang mengandung. Ketika Karina mulai menunjukkan ambisi tersembunyi untuk merebut Rafli, Farah harus memilih antara mempertahankan pernikahannya atau memperjuangkan dirinya sendiri. Manakah jalan yang dipilih oleh Farah?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 01

“Mas Rafli, aku ingin bicara,” ucapku sambil menatap punggungnya yang sibuk dengan telepon genggam.

Dia mendongak sekilas, lalu kembali menatap layar ponselnya. “Nanti saja, Farah. Aku sedang membalas pesan Karina.”

Jantungku mencelos. Lagi-lagi, Karina. Aku mendekatinya, berdiri di depan sofa tempat dia duduk. "Apa yang dia mau sekarang?" tanyaku, mencoba terdengar tenang, meski dalam hatiku sudah berkecamuk.

"Alia sedang demam. Dia butuh seseorang untuk membantunya mengantar Alia ke dokter," jawab Mas Rafli tanpa menatapku.

Aku berusaha menahan amarah yang perlahan menggerogoti kesabaranku. “Dia tidak bisa menghubungi orang lain? Bukannya Karina punya keluarga atau teman lain selain kamu?”

Mas Rafli menghela napas panjang, meletakkan ponselnya di meja. “Kamu tahu sendiri, Farah. Setelah Yudhi meninggal, Karina tidak punya siapa-siapa. Aku tidak bisa membiarkannya sendirian.”

Nada suaranya seolah mengatakan bahwa aku ini tidak berperasaan, bahwa aku salah karena mempertanyakan perhatiannya pada sahabat lamanya itu.

“Aku tahu Karina kehilangan suaminya, Mas. Aku juga tahu dia butuh dukungan. Tapi kamu sadar tidak, kamu selalu ada untuk dia dan hampir tidak pernah ada untuk aku? Aku ini istrimu,” suaraku bergetar, separuh karena marah, separuh karena ingin menangis.

Mas Rafli menatapku, wajahnya sedikit mengerut. "Kamu ini kenapa sih? Bukannya aku juga selalu pulang ke rumah? Kamu masih punya aku, Farah. Karina hanya punya aku."

Kata-katanya menghantamku lebih keras daripada pukulan fisik mana pun. Hanya punya aku. Aku yang berdiri di sini, yang berbagi tempat tidur dengannya, yang mengandung anaknya, tiba-tiba terasa seperti orang asing di hidupnya.

“Kamu serius, Mas? Apa kamu lupa kalau aku juga sedang membutuhkanmu? Aku hamil, dan aku bahkan harus pergi ke pemeriksaan kehamilan sendiri karena kamu lebih memilih menemani Alia yang merupakan anak Karina.”

Dia terlihat canggung sejenak, seolah berusaha mencari pembenaran. "Aku minta maaf soal itu, Farah. Tapi aku juga tidak bisa membiarkan Alia merasa kehilangan sosok ayah. Dia masih kecil. Kamu harus mengerti."

"Apa aku juga harus mengerti kalau aku ini prioritas terakhir bagimu? Karina dan Alia selalu lebih penting, Mas. Selalu.”

Aku menunggu. Menunggu dia menyangkal, menunggu dia mengatakan aku salah, menunggu dia memelukku dan meyakinkanku bahwa aku salah paham. Tapi dia hanya diam. Diam yang menyakitkan.

“Farah, aku tidak mau bertengkar. Karina butuh aku malam ini. Aku janji, aku akan bicara denganmu nanti.” Dia mengambil jaketnya dari sofa dan berjalan menuju pintu.

“Kalau begitu, kapan aku butuh kamu, aku harus antre ya?” tanyaku dengan nada penuh luka.

Langkahnya terhenti, tetapi dia tidak berbalik. “Aku akan pulang secepatnya.” Lalu pintu itu tertutup di belakangnya, meninggalkanku dalam kesunyian yang dingin.

Aku duduk di meja makan, menatap makanan yang tidak tersentuh. Tanganku refleks mengusap perutku yang mulai membesar. “Kamu dengar itu, Nak? Sepertinya Ayahmu lebih peduli pada orang lain daripada kita.”

Air mata jatuh tanpa bisa kutahan lagi. Aku tidak pernah merasa serendah ini sebelumnya. Karina. Nama itu seperti duri yang menusukku setiap kali disebut.

Aku tahu Mas Rafli dan Karina sudah bersahabat sejak lama, bahkan sebelum aku hadir di hidupnya. Aku juga tahu mereka dekat, tapi kedekatan itu berubah menjadi ancaman bagiku setelah Yudhi meninggal.

Satu bulan pertama, aku mencoba mengerti. Aku ikut mengantar Mas Rafli ke rumah duka, ikut memberi semangat pada Karina. Tapi perlahan, aku mulai merasa disingkirkan. Karina mulai sering menghubungi Mas Rafli untuk hal-hal kecil. Dari meminta diantar ke pasar, memperbaiki keran bocor, hingga sekadar menemani ngobrol.

Dan Mas Rafli selalu ada untuknya. Selalu.

Aku mengambil ponselku dan membuka galeri foto. Ada foto kami berdua dari satu tahun lalu, saat Mas Rafli masih penuh perhatian. Dia tersenyum lebar di foto itu, memelukku erat di sebuah taman bunga. Waktu itu, aku merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia.

Tapi sekarang? Aku merasa seperti orang asing dalam pernikahanku sendiri.

*

Suaraku tercekat ketika mendengar pintu depan terbuka. Langkah kaki Mas Rafli terdengar mendekat. Aku melirik jam dinding. Sudah hampir tengah malam.

Dia masuk ke ruang tamu dan langsung menuju dapur tanpa melihatku. Aku menegakkan tubuhku, menunggu dia berbicara lebih dulu, tapi dia hanya mengambil segelas air dan duduk di kursi.

"Alia baik-baik saja?" tanyaku akhirnya, dengan nada yang sengaja kutahan agar tidak terdengar sinis.

Dia mengangguk sambil meminum airnya. “Alia sudah tidur. Dokter bilang itu hanya demam biasa.”

Aku menunggu dia menanyakan bagaimana kabarku atau bayinya. Tapi tidak ada. Hanya hening.

“Mas Rafli,” aku memecah kesunyian. “Kamu benar-benar tidak melihat ada yang salah dengan semua ini?”

Dia mendongak. “Salah? Maksud kamu apa?”

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan diriku. “Kamu tidak sadar kalau selama ini kamu mengabaikan aku? Kamu tidak sadar kalau aku merasa sendirian dalam pernikahan ini?”

Dia menghela napas berat, seperti orang yang lelah menghadapi omelan yang sama. “Farah, aku sudah bilang, Karina butuh bantuan. Dia itu sahabatku. Apa kamu mau aku meninggalkannya begitu saja?”

“Bukan begitu, Mas Rafli! Aku tidak menyuruhmu meninggalkan Karina. Aku hanya ingin kamu berhenti memperlakukannya seperti prioritas utama dalam hidupmu. Aku istrimu, Mas. Aku juga berhak mendapatkan perhatianmu.”

“Farah, kamu ini terlalu sensitif. Jangan terlalu dipikirkan. Kamu tahu aku sayang sama kamu.”

“Sayang?” Aku tertawa pahit. “Kalau kamu benar-benar sayang, kenapa aku tidak merasa begitu? Kenapa aku selalu merasa seperti bayang-bayang di hidupmu?”

Dia berdiri, wajahnya terlihat lelah. “Farah, aku capek. Aku harus bekerja, membantu Karina, dan sekarang menghadapi keluhanmu setiap hari. Aku butuh istirahat.”

Kata-katanya membuat dadaku sesak. Aku berdiri, menahan air mata yang hampir tumpah. “Kalau kamu capek, Mas,  aku juga capek. Tapi aku tidak pernah memilih untuk lari dari masalah. Aku menghadapi semuanya karena aku pikir kita akan menghadapi ini bersama. Tapi aku salah.”

Aku melangkah menuju kamar, meninggalkannya di ruang tamu. Tapi sebelum aku masuk, aku berhenti di ambang pintu dan berbalik menatapnya.

“Mas Rafli,” suaraku rendah namun tegas. “Kalau kamu terus seperti ini, kamu akan kehilangan aku.”

Aku tidak menunggu responsnya. Aku masuk ke kamar dan mengunci pintu, membiarkan air mata yang kutahan akhirnya mengalir deras.

Di luar, aku mendengar suara ponselnya berbunyi. Dan meskipun aku tidak bisa mendengar percakapannya, aku tahu pasti siapa yang menelepon.

Aku terbangun beberapa jam kemudian karena mendengar suara langkah kaki. Pintu kamar terbuka perlahan, dan aku berpikir Mas Rafli akhirnya datang untuk meminta maaf. Tapi suara itu tidak berhenti di pintu kamar. Langkah kaki itu beranjak menuju pintu depan.

Aku bangkit dari tempat tidur dan mengintip dari balik tirai jendela. Mas Rafli keluar dari rumah, naik ke mobil, dan pergi.

Aku tidak tahu ke mana dia pergi di tengah malam seperti ini, tapi di dalam hatiku, aku tahu jawabannya.

Dia pergi menemui Karina, batinku dengan hati teriris.

*

Bersambung...

Terima kasih telah membaca ❤️

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Nada Azzah
Bagus ceritanya klw bisaa update Ampe tamat yak KK Author ...đź«°......
2025-04-27 22:26:56
2
27 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status