“Devan… turunkan aku di sini!”
Devan mengerutkan alis. “Apa maksudmu?”“Aku mau turun. Sekarang!” Suaranya terdengar berat, seakan menahan luapan emosi yang sudah tidak sanggup lagi dia pendam.Devan menoleh cepat. “Cleo, jangan bercanda. Kita belum sampai rumah.”“Aku nggak bercanda!” suara Cleo meninggi, matanya berkaca-kaca. “Aku butuh waktu sendiri, Dev. Aku frustasi… semuanya terlalu berat.”Devan mengerem perlahan dan menepikan mobil ke sisi jalan. Ia menatap Cleo dengan sorot tajam yang berubah jadi kekhawatiran. “Cleo…”“Aku nggak akan lari. Aku cuma... butuh sendiri.” Cleo membuka pintu sebelum Devan sempat mencegahnya. “Tolong… biarkan aku sendiri!”Devan menatapnya lama, tapi akhirnya mengangguk pelan. “Jangan pergi jauh. Aku akan tunggu di sini.”Tanpa berkata apa-apa. Cleo berjalan menyusuri trotoar dengan langkah cepat, seakan ingin lari dari seluruh kenyataan. Udara malam menyambutnya dengan dingi