Cleo berjalan cepat, bahkan hampir berlari. Perasaannya campur aduk, seperti benang kusut yang tak tahu harus ditarik dari mana. Di pikirannya hanya ada satu hal: membawa ayahnya ke rumah sakit secepat mungkin. Nafasnya tersengal, air matanya menetes begitu saja tanpa ia sadari.
Tanpa sengaja, Cleo menabrak seseorang—Zayn. Tubuhnya terhuyung, dan Zayn spontan memegang kedua lengannya agar tidak jatuh. Saat itu juga mata Zayn menangkap wajah Cleo yang sembab, pipinya basah, matanya merah.“Cleo?” Zayn tampak terkejut. “Kamu kenapa? Kamu nangis?”Cleo menggeleng cepat, tapi suaranya tak keluar. Ia terlalu sibuk menahan air mata yang nyaris pecah kembali. Zayn memegang lengannya lebih erat, menatapnya penuh tanya.“Cleo, tenang dulu… ceritakan ke aku. Ada apa?”Dengan suara parau dan terbata, Cleo akhirnya membuka mulut, "Aku harus bawa Ayah ke rumah sakit. Dia... dia makin lemas. Aku takut terlambat."Zayn terdiam sejenak, lalu lan