“Dek, Sayang! Bangun dulu. Hampir subuh ini.” Gani, mengguncang pelan bahu terbuka Kirani. Istrinya ini tidur begitu nyenyak.
Hasrat dan libido lelaki ini menuntut agar mengulang pengejaran gelora halal yang sudah lama ditahannya.
Kirani yang masih malu-malu, pun menurut saja setiap apa yang Gani inginkan semalam. Ini bukan yang pertama bagi Kirani. Namun penyatuan keduanya diawal permainan tetap memberikan rasa tak nyaman dibawah sana. Bahkan sedikit nyeri membuat Kirani sedikit meringis di awal-awal.
Gani tahu dan juga merasakan, lelaki ini bukan hanya menuntut hasrat seks semata yang berkobar semalam, namun kenyamanan dan kepuasan istrinya tetap menjadi perhatiannya.
Memang semalam keduanya tak sempat lagi mandi wajib, selain lelah mendera juga karna rasa kantuk yang menyerang.
Terutama Kirani. Sebab hampir pukul dua pagi barulah Gani menghentikan aksinya. Bahkan Kirani harus menarik rambut cepak suaminya yang tak henti menghentaknya seolah tenaga lelaki itu tak ada habisnya.
“M