Soal dia menjadi pelayan ranjang Satya, Jelita sama sekali tidak menyebutkannya.
"Jadi begitu rupanya ...." Pria sejati seperti Yohan kini malah tampak berkaca-kaca. Dia menoleh ke arah tak jauh dari sana, di mana para pelayan tengah menarik sebuah gerobak.
"Itu ...."
"Itu Kak Wulan," jawab Jelita dengan tenang, lalu tak kuasa menahan tangis sambil mengusap sudut matanya yang sudah basah.
Bagi Yohan, semua ini terasa di luar dugaan. Dia tidak menyangka Wulan masih memiliki seorang sahabat sebaik ini. Namun, Dimas tidak sepenuhnya percaya. Kendati begitu, semua yang dikatakan gadis itu terdengar nyaris tanpa cela.
Apalagi, Fani sedari tadi mengangguk-angguk penuh semangat di sampingnya.
Dimas lalu menarik Fani berdiri dan menatap langsung ke matanya. "Kamu benar-benar nggak dendam sama Wulan?"
Fani menggeleng kuat dan wajahnya memasang ekspresi penuh syukur. Bukan hanya dendam, kini keinginannya akhirnya terkabulkan. Lidah Wulan telah dipotong dan akhirnya mati di hadapannya.
Dari segi