Hingga meninggal, Anggi Suharjo baru tahu bahwa dirinya adalah karakter sampingan yang ditakdirkan menjadi korban dalam sebuah novel. Sementara itu, yang menjadi tokoh utamanya adalah adik kembarnya, Wulan Suharjo. Sejak kecil, Wulan adalah anak emas yang disayang semua orang. Sebaliknya, Anggi tidak pernah mendapatkan perhatian keluarganya sekalipun dia sudah melimpahkan semua cintanya kepada mereka. Anggi bahkan menggantikan sang adik untuk menikah dengan Luis Giandra yang terkenal kejam dan bengis. Namun, karena mencoba kabur di hari pernikahan, Anggi dibuat lumpuh dan dilemparkan ke depan rumah orang tuanya. Sementara itu, keluarga yang merupakan segalanya bagi Anggi malah menutup rapat pintu agar tidak terjerat masalah. Anggi yang malang pun mati kedinginan di tengah salju. Saat membuka mata lagi, dia kembali ke hari pernikahan di Kediaman Pangeran Selatan itu. Dalam kesempatan hidup kedua ini, Anggi memutuskan untuk tidak mencari simpati pada keluarganya lagi. Semua yang mereka ambil darinya, akan Anggi rebut kembali. Kali ini, Anggi tidak akan menyembunyikan bakatnya lagi. Dia akan menaklukkan dunia dengan kecerdasan strategi militer. Dia juga akan dielu-elukan semua orang dengan keahlian medisnya yang luar biasa. Keluarga yang meremehkan Anggi selama belasan tahun ini akhirnya menyesal dan meminta pengampunannya. Namun, mana mungkin dia memaafkan orang-orang yang sudah mengabaikannya selama ini? Sementara itu, pria kejam yang awalnya bilang hubungan mereka sekadar "saling memanfaatkan", malah menempel manja tanpa memberi Anggi kesempatan untuk melarikan diri. Anggi jadi geram. "Luis! Kamu kenapa, sih?" Luis melingkarkan tangan di pinggang Anggi. "Aku mau bayar utang, utang nyawa!"
Lihat lebih banyak"Semuanya normal," gumam Anggi pelan. Dia teringat pada mimpi itu ... Aska yang terus menggenggam tangannya, seakan dingin dari tubuhnya menyerap habis panas beracun di tubuh Anggi.Luis tersenyum lega. "Bagus sekali, bagus sekali! Beri hadiah, seluruh istana mendapat hadiah!""Anggi, kamu dengar, 'kan? Anak kita sehat dan kamu juga sehat." Setiap hari dia selalu khawatir padanya, juga pada anak yang dikandungnya."Kalau beberapa hari ke depan tetap normal, mungkin artinya aku benar-benar sudah pulih." Dalam hati, Anggi tak bisa menepis kemungkinan apakah ini karena dia bersama Aska sehari semalam, sehingga tubuhnya kembali normal untuk sementara?"Pasti akan tetap normal," jawab Luis mantap.Mina sudah menyiapkan air mandi. Luis menyuruh semua pelayan keluar, lalu mengangkat Anggi dalam pelukannya. "Biar aku yang bantu.""Aku bisa sendiri.""Baru sehari nggak bertemu, kamu sudah merasa asing padaku?""Nggak, kok."Sambil membawanya menuju ruang mandi, Luis bertanya, "Selama sehari sem
Kembali ke Paviliun Rembulan.Aska yang lemah bersandar di kursi, seluruh tubuhnya gemetar kedinginan. Harfi segera mengambilkan jubah dan membantu memakaikannya."Mulai hari ini, Kantor Biro Falak ditutup. Nggak seorang pun boleh keluar masuk," ucap Aska terengah-engah. Wajahnya tampak seperti pria berusia 60 tahun ... tidak, bahkan lebih rapuh dibanding Keswan."Baik, Tuan.""Baik, Guru."Harfi dan Keswan memberi hormat serentak.Aska menatap Harfi. "Kamu harus lebih banyak memperhatikan. Kalau ada hal yang kamu nggak mengerti, pastikan ... pastikan kamu segera bertanya padaku.""Ya, aku akan selalu mengingat pesan Guru.""Bagus." Aska mengibaskan tangannya. "Kalian boleh pergi."Harfi mundur memberi hormat dan keluar. Keswan tampak ragu, seperti ingin berbicara tetapi tetap menahan diri.Aska berkata pelan, "Mau diucapkan ataupun nggak, ada beberapa hal yang sudah menjadi kenyataan. Lebih baik kamu kembali untuk beristirahat."Keswan hanya bisa mengangguk, lalu menyusul Harfi keluar
Dari aliran sungai waktu, terpancar cahaya yang menyilaukan mata. Cahaya itu menembus atap Paviliun Cahaya, membawa kekuatan yang seakan hendak menelan segalanya, menghancurkan bangunan, dan menembus langit.Anggi nyaris tak mampu berdiri. Tubuhnya diguncang oleh hantaman cahaya yang membuat kepalanya berputar. Seolah di detik berikutnya dia akan jatuh pingsan. Dia merasakan panas yang membakar tubuhnya perlahan tercerai-berai oleh dinginnya cahaya itu dan dirinya hampir saja terhempas keluar dari Paviliun Cahaya.Di saat genting, Aska menariknya. "Aku sudah bilang, kita harus berpegangan tangan. Kalau nggak, kita akan terpisah," ujarnya.Anggi yang masih pusing, hanya melihat sosok Aska seakan dipenuhi cahaya putih. Wajahnya yang bersinar pucat dengan rambut putih dan pakaian putih, tampak cemas menatap Anggi.Anggi menggenggam erat tangan Aska, satu-satunya pegangan yang bisa menyelamatkannya. Sampai ketika dia sadar telah dipeluk erat oleh Aska, matanya perlahan terpejam dan terlela
"Gigi, kemari," panggil Aska. Kemudian, dia menarik Anggi menuju pola delapan trigram di menara observasi.Setelahnya, kedua orang itu berbaring di tengah pola delapan trigram dengan memandangi pemandangan bintang yang membentang di hadapan mereka. Aska menunjuk salah satu bintang yang paling terang, lalu mulai menjelaskan tentang 28 rasi bintang ... masing-masing tujuh bintang di timur, selatan, barat, dan utara.Anggi menatap langit penuh bintang, sementara di telinganya mengalun suara Aska yang lembut, seperti mendengar seorang pendongeng. Suara itu membuatnya merasa nyaman dan rileks.Perlahan, napasnya menjadi semakin teratur.Aska menoleh dan bertanya, "Kamu tahu rasi bintang apa itu? Itu Libra, melambangkan perasaan dan hati, ketenangan dan keharmonisan." Dia terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. Ternyata Anggi sudah tertidur.Meski ini hanya mimpi, Aska tetap melepaskan jubah luarnya dan menyelimutinya. Matanya tak lepas menatap wajah Anggi yang begitu memikat.Angin malam dan
Empat jam kemudian, anjing itu benar-benar membuka mata, lalu meloncat-loncat dengan lincah sambil memakan sisa makanan yang sudah disiapkan Jelita untuknya.Melihat hal itu, Anggi berkata, "Aku curiga ... bayi yang katanya dicekik oleh Jelita sebenarnya nggak mati."Aska mengangguk. "Setelah dicekik, bagaimana bayi itu ditangani?"Anggi menggeleng. "Aku nggak tahu. Mungkin Dika tahu, nanti setelah keluar akan kutanyakan padanya."Lalu, seolah berbicara pada diri sendiri, dia menambahkan, "Aku dan suamiku nggak pernah berniat mengambil nyawa anak itu.""Mm.""Semoga anak itu beruntung dan panjang umur," ucap Anggi sambil memandang seorang bocah lelaki. Dari hatinya yang paling dalam, dia benar-benar berharap bocah itu masih hidup dan tidak terpengaruh oleh Jelita ataupun Sunaryo. Semoga dia bisa tumbuh sehat, damai, dan bahagia seumur hidup.Tangan satunya tergerak mengusap perutnya dan tatapannya semakin tulus.Aska melihat semuanya. Dia tahu bahwa anak Anggi dan Luis itu sangatlah be
"Iya, warnanya cokelat, Ibu."Anak itu mengangguk dengan yakin. "Si Kuning makan kacang warna cokelat. Huhu ... Kuning nggak gerak lagi. Ibu, dia sudah mati.""Itu Pil Peredam Napas yang kuracik beberapa hari lalu." Jelita menimpali dengan tenang sambil mengelus rambut anaknya. "Nggak apa-apa, empat jam lagi dia akan sadar.""Be ... benarkah?" tanya anak itu dengan penuh harap sambil menyeka air matanya.Jelita tersenyum. "Ya, tentu saja. Kalau nggak percaya, lihat saja empat jam lagi nanti.""Aku percaya. Ibu jago sekali, aku percaya sama ucapan Ibu." Saat berbicara, anak laki-laki itu tertawa hingga mengeluarkan gelembung ingus di hidungnya.Jelita mengeluarkan saputangannya untuk menyeka ingus itu, lalu melanjutkan masak. Anak laki-laki itu menjaga anjing tersebut.Anggi dan Aska bergandengan tangan. Melihat Jelita pergi, mereka berjalan menghampirinya. Anggi menunduk untuk melihat kondisi anjing itu. Anjing itu memang kelihatannya sudah mati.Orang luar memang tidak bisa melihat ta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen