“Tony, anak yang masih berusia lima tahun membutuhkan ibunya.”
Aleya menatap kedua mata Yavid yang sedari tadi memperhatikannya. Beberapa detik pandangan mereka saling beradu. Aleya mencari celah kelemahan Yavid dari tatapan tajamnya.
“Maria sangat menyayangi Tony. Keadaan yang membuat Maria melakukan semua kesalahan ini. Aku memaafkan Maria.”
Aleya menghela napas panjang. Ia berharap Yavid juga bisa memaafkan Maria atas pengkhianatannya. Sedari tadi lelaki dingin itu tidak membantah atau memotong ucapan Aleya.
Aleya merasa Yavid akan memaafkan Maria sama sepertinya. Senyum terukir di bibir merah Aleya.
“Kembali ke kamarmu!” ujarnya singkat dengan nada dingin.
Senyum di bibir Aleya seketika menghilang, “Kenapa? Kita sedang membicarakan Maria.”
Yavid menghabiskan segelas air putih, lalu kembali menatap Aleya, “Apakah dari tadi aku menunjukkan kepedulianku untuk pengkhianat itu?” tatapan dinginnya membuat Aleya menelan salivanya.
Rasa takut mulai menjalar di hati Aleya, “Astaga, ternyat