Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.
Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi.
"Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh.
"Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya.
"Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara.
"Dari jam satu mang."
"Kenapa tuan?"
"Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas."
"Kok tuan bicara seperti itu."
"Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan."
"Tapi kan suami non Ainel."
"Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan."
"Mamang panggil apa?"
"Panggil Bara aja gapapa mang."
"Mamang panggil 'nak' aja ya?"
"Itu juga bo