Air mata mulai menggenang di sudut matanya, tapi dia berusaha keras menahannya. Hatinya dipenuhi perasaan kotor yang tak bisa dibersihkan, seakan tubuhnya bukan miliknya lagi.
Jalanan sepi ketika Nada melangkah dengan kaki yang terasa begitu berat, seperti terikat batu. Suara angin yang menerpa dedaunan di sepanjang jalan bergema samar, hanya ditemani oleh deru sungai yang mengalir deras tak jauh dari sana. Jalan setapak yang mengarah ke jembatan kecil semakin sunyi, sepi dari suara manusia, hanya alam yang mendominasi.
Ketika sampai di tepi jembatan, Nada berhenti. Tatapannya kosong, terfokus pada aliran sungai di bawahnya. Airnya berwarna coklat kehitaman, berbaur dengan kotoran dan lumpur yang terbawa arus deras. Baginya, warna itu mencerminkan hatinya saat ini—penuh dengan kegelapan, kepedihan, dan kehinaan yang tak terucapkan.
Sebuah suara kecil di dalam dirinya berbisik pelan, tapi jelas.
"Aku kotor." Nada menatap dada nya, tempat di mana semua pria itu telah meninggalkan bekas