Merasa tak tahan lagi karena gairahnya sudah memuncak sampai ke ubun-ubun, Daffa pun segera menurunkan celana boxer nya, hingga sebatas lutut. Begitu boxer nya ia turunkan, batang besar dan panjang berurat milik Daffa itu pun langsung mengacung keras, berdiri dengan tegak layaknya sepotong kayu yang sangat keras dan perkasa.
“Daffa, a … apa ini? Be … besar banget.” Nada menatap takjub pada benda panjang besar dan berurat berwarna merah muda tersebut.
Senjata Daffa itu sangat bersih, bahkan di kedua buah yang menggantung di bagian bawahnya juga tak terdapat bulu bulu sama sekali. Mata Nada bahkan sampai melotot tanpa sadar, dan itu sangat menarik perhatian Daffa.
“Kamu suka?” Daffa kembali bertanya, membuat Nada tersentak gugup dan cepat-cepat menggelengkan kepalanya gusar.
“Aku … ah, ini memalukan, Daffa,” protes Nada sambil buru-buru memalingkan wajahnya, seolah tak ingin menatap burung yang sudah terlepas dari celana Daffa itu.
Meskipun demikian, tetapi jantung Nada terasa berdebar