"Chénxī, kembalikan tanghuluku!" Suara cempreng Huànyǐng menggema di dalam Zǐténg Jū. Ia meronta-ronta dalam cengkeraman tangan Tiānyin yang mencengkeram pergelangannya dengan tenang, seolah menahan seekor kelinci kecil yang terus-menerus berusaha melarikan diri dari cengkeraman seekor singa.
Pemuda Yue itu memergokinya tengah duduk santai di tepi Sungai Ungu Gelap, menikmati tanghulu seolah dunia tidak sedang berputar. Padahal, ia meninggalkan hukuman dan latihan yang seharusnya dijalaninya di Zǐténg Jū. Sudah beberapa waktu ini ia terkurung di sana, dan hari ini, kebosanan benar-benar menguasainya. Setidaknya, ia ingin menikmati sedikit kebebasan dan merasakan manisnya manisan dan jajanan yang sempat disita Tiānyin."Ikut denganku." Tiānyin tidak menghiraukan rengekan dan protes Huànyǐng, tetap menyeretnya dengan langkah ringan namun tegas. Sementara itu, Huànyǐng terus berusaha membujuknya, tangan yang satunya masih erat menggenggam sisa tanghulu."Chén