Keesokan harinya. Emma sedang sibuk menyisir rambut Ellen lalu mengikatnya agar rapi sebelum pergi ke sekolah.
Ellen terlihat sangat senang. Dia duduk di kursi kecilnya sambil mengayunkan kedua kakinya yang menggantung.
“Aku suka kalau rambutnya diikat,” ucap Ellen.
“Benarkah?” Emma tersenyum sambil menatap bayangan Ellen dari pantulan cermin.
“Iya,” balas Ellen dengan nada ‘A’ panjang di akhir kata.
Emma lagi-lagi dibuat tersenyum dengan tingkah lucu Ellen, lalu dia kembali berkata, “Kakak Emma tidak punya adik perempuan, punyanya adik laki-laki, jadi tidak bisa ikat rambut seperti ini.”
“Kakak Emma punya adik?” tanya Ellen lalu menoleh sambil mendongak agar bisa melihat wajah Emma.
“Punya,” jawab Emma, “mau lihat?” tanya Emma kemudian.
Ellen mengangguk-angguk penuh semangat.
Emma berjongkok di samping Ellen duduk, lalu dia membuka ponsel dan memperlihatkan foto Ivan.
“Ini adik Kakak Emma, tapi dia nggak bisa jalan karena sakit,” ucap Emma.
“Sakit apa? Kasihan sekali.” Ellen langsung